Rss Feed

BUDAYA LITERASI VS PERPUSDA BANTEN

PERKEMBANGAN BUDAYA LITERASI BANTEN
Baru saja Banten genap berusia 10 tahun pada 4 Oktober lalu. Tentu saja masyarakat bisa menilai bagaimana perkembangan Banten dari tahun ke tahun. Baik dari sisi kesejahteraan sosial, politik, ekonomi, dan yang tidak kalah penting dan yang mungkin hampir tidak semua orang menganggap ini penting ialah sisi literasi. Literasi di Banten harus menjadi bahan perhatian semua pihak. Karena sebuah Bangsa yang maju akan dicirikan dengan bagaimana perkembangan budaya literasi pada masyarakat. terlebih Banten memiliki sejarah bahwa pada masa lalu, Banten dikenal sebagai daerah yang mampu menghasilkan kaum cerdik seperti halnya Syekh Nawawi Al Bantani yang sampai saat ini namanya masih selalu terngiang di telinga masyarakat. Karena beliau telah menghasilkan ratusan kitab yang sampai saat ini menjadi rujukan pelajar, santri, mahasiswa di berbagai Negara.
Dengan memiliki riwayat sejarah seperti ini, sudah menjadi kewajiban putra-putri Banten untuk meneruskan jejak Syekh Nawawi Al Bantani agar budaya literasi di Banten semakin berkembang dan maju. Banten akan tetap mandeg, jika masyaraktnya tidak gemar membaca dan menulis. Karena itu, perlu adanya revolusioner terkait dengan perkembangan budaya literasi di Banten.
Selain itu, para tokoh pendiri Republik ini adalah sosok-sosok yang memiliki kegandrungan luar biasa terhadap buku. Soekarno, Sjahrir, Soepomo, Agus Salim, dan tokoh lainnya adalah tokoh-tokoh yang kutu buku. Mereka besar bukan sekadar karena sejarah pergerakan politiknya, tetapi mereka juga dikenal karena kualitas intelektualnya yang dibangun melalui membaca buku. Ini adalah contoh yang wajib ditiru.
Semestinya, kewajiban membaca dan menulis tidak usah lagi menjadi suatu perhatian. Mesti ada kesadaran dari setiap individu akan hal tersebut. Pasalnya, Tuhan sudah memerintahkan umat manusia untuk membaca dan menulis. Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al’Alaq ayat 1-5). Dengan ayat tersebut betapa kita menjadi semakin paham bahwa Tuhan menginginkan setiap insan memiliki pemikiran yang maju, berpikir ke depan dengan segala ilmu yang terhampar luas di muka bumi untuk dipelajari. Dengan memiliki ilmu, manusia memiliki derajat yang tinggi. Dan dari ayat tersebut pula, Tuhan memiliki maksud tertentu, yakni untuk membedakan manusia dengan binatang, sebagai konsekuensi, diberikannya akal dan pikiran kepada kita. Akal dan pikiran akan semakin terasah dengan banyak membaca dan menulis.
Berbicara tentang budaya literasi, pelestarian akan riwayat Syekh Nawawi Al Bantani yang berhasil menciptakan berbagai kitab perlahan disadari oleh sebagian masyarakat yang peduli terhadap literasi Banten. Terbukti dengan munculnya penulis-penulis Banten yang karyanya tersebar di media lokal hingga nasional. Bahkan, beberapa tahun terakhir, penulis Banten mampu menerbitkan buku. Penulis-penulis tersebut seperti Gol A Gong, Toto ST Radik, Firman Venayaksa, Endang Rukmana, dan belum lama ini, Banten juga memiliki penulis muda yang mampu menerbitkan buku kumpulan cerpen berjudul Gilalova yang ditulis oleh Hilal Ahmad, dan kawan-kawan. Tentu hal ini sangat membanggakan. Karena masih ada kalangan atau komunitas yang berjuang untuk memajukan kembali minat baca dan tulis masyarakat Banten.
MALANGNYA PERPUSTAKAANKU
Dengan munculnya penulis-penulis di Banten, mungkin tidak diketahui banyak pihak. Padahal, mereka layak mendapat apresiasi yang tinggi dari masyarakat terlebih dari pemerintah. Karena dengan tulisan-tulisan mereka yang tersebar di berbagai media, bisa mengangkat nama baik Banten.
Namun sayangnya, salah satu bentuk kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan literasi Banten, bisa dilihat dari kondisi Perpustakaan Daerah (Perpusda) Banten yang memprihatinkan. Padahal, perpustakaan akan menjadi sebuah cermin, seberapa besar minat baca dan tulis suatu masyarakat.
Pada Agustus lalu, saya berkunjung ke perpusda Banten untuk mencari bahan referensi tugas kuliah. Kunjungan saya tersebut memang untuk yang pertama kalinya. Saat itu, hujan sangat deras. Saya hampir tidak percaya, ketika melihat kondisi perpustakaan yang sebenarnya kurang layak disebut perpustakaan daerah yang ideal. Bagaimana tidak? Hampir di setiap ruangan bocor, genangan air terlihat di setiap sudut ruangan, sebagian buku basah, sementara pegawai perpustakaan saat itu membiarkan kondisi seperti ini. Saya hanya bisa mengelus dada melihatnya. Ada tanda tanya besar dalam benak saya saat itu, seperti inikah perpustakaan untuk ukuran sebesar Provinsi? Bukannya sudah ada anggaran dana untuk pembangunan perpusda? Kenapa dibiarkan bocor? Dananya masuk kantong siapa? Dan masih banyak pertanyaan lain yang mengundang jawaban misteri. Dengan kondisi seperti ini, mana bisa pengunjung merasa nyaman? Seharusnya perpustakaan memanjakan pengunjung agar dia betah berlama-lama diperpustakaan. Menghabiskan waktu bercengkrama dengan buku.
Jum’at, (15/10) lalu, saya kembali datang ke perpusda dengan tujuan mendaftarkan diri sebagai anggota. Lagi-lagi saya harus mengelus dada. Karena alat pembuat kartu tidak tersedia. Rusak. Dan kondisi rusaknya alat tersebut sudah lama. Akhirnya kartu anggota perpusda hanya dengan sehelai kertas biasa. Lagi-lagi juga timbul tanda Tanya, sdah tahu rusak sejak lama kenapa dibiarkan? Apa tidak ada dana? Kemana dananya?
Bukan hanya beberapa peristiwa itu yang membuat saya harus mengelus dada. Namun saya dikagetkan, bahwa ternyata gedung perpusda saat ini berstatus kontrak. Itu artinya perpusda tidak memiliki gedung sendiri. Selama tuhuh tahun perpusda Banten tidak memiliki gedung. Tanya kenapa? Apakah perpusda kurang diprioritaskan? Jika memang iya, ini sungguh ironi. Bagi saya, perpustakaan seharusnya menjadi bagian dari prioritas utama untuk memajukan suatu daerah. Terutama Banten yang masih berstatus daerah berkembang.
Tapi saya menjadi sedikit lega, setelah mengetahui bahwa pemerintah daerah sudah mulai membangun gedung perpusda seluas 7.500 meter di dekat kampus Untirta. Menurut informasi yang didapat dari Radar Banten, edisi Sabtu, (14/11/09), bahwa rencananya tahun 2011 gedung tersebut sudah bisa dioperasikan. Semoga dengan adanya pembangunan gedung baru ini, pemerintah menjadi lebih mendukung dan memprioritaskan sisi literasi, agar budaya literasi di Banten semakin maju. Semoga!
Selengkapnya...

15 OKTOBER, HARI HAK ASASI BINATANG



Hayo siapa di antara para Sob-at yang suka nyiksa binatang? Kayaknya semua orang penyiksa binatang deh. Buktinya kalau ada nyamuk nempel dikulit aja dipukul, ada semut malah diusir, bahkan dimatiin. Hayo hayo ngaku… iya kan? Hehe.
Eh tahu nggak Sob, ternyata bukan manusia aja yang punya hak asasi. Binatang juga punya hak asasi loh. Nggak percaya? Harus percaya deh, coz setiap tanggal 15 Oktober tuh diperingati sebagai hari Hak Asasi Binatang (HAB). Pasti baru tahu ya, hehe.
Sob, be aware, binatang juga makhluk hidup. Sudah saatnya kita menghargai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Tapi sayang banget ya, nggak sedikit orang menyadarinya. Sampai-sampai mereka semena-mena memperlakukan binatang.

mungkin secara nggak sadar kalau kita sering mengkambingkan binatang, ayo ngaku siapa yang sering begitu?? Misalnya, koruptor sering diidentikan dengan tikus yang suka mengegrogoti, kalau ada orang playboy atau playgirl identik dengan buaya. Terus yang terbaru keong racun, julukan buat lelaki hidung belang yang baru dikenal tapi langsung ngajak tidur dan happy-happy.  Kan nggak banget. Please deh. Untung aja mereka nggak bales!!! Tapi kalau udah masuk perangkap buaya baru deh tau rasa. Udah tahu buaya malah dideketin. Siapa yang suka masuk perangkap buaya?? haha

Sob, semestinya kita bangga. Karena Indonesia punya banget binatang yang beraneka ragam. Dan yang belum tentu dimiliki negara lain. Nah, makanya lindungi binatang-binatang kekayaan Indonesia. Jangan malah dibunuh, disiksa, ditembak, dan segala macem.
Karena kalau bukan kita sebagai orang Indonesia yang melindungi and melestarikan, siapa lagi? Mau dicuri lagi sama Malaysia? Nggak mau kan?
So, tunggu apa lagi? Binatang juga punya hak untuk hidup. Layaknya kita sebagai manusia. Yuk, hargai, cintai, lindungi sesama makhluk hidup.

 
Selengkapnya...

BIAR GELAR NGGAK NGE-GOLER


Ada yang inget tanggal 29 September hari apa? Hari Rabu! Yups, betul. Tapi bukan itu yang saya maksud, Sob. Hari itu tuh diperingati dengan Hari Sarjana Indonesia. Emang sih, peringatan hari ini tuh nggak setenar Hari Besar nasional lainnya. Tapi nggak ada salahnya, saya membahas tema ini untuk mengingatkan Sobat bahwa ada yang namanya Hari Sarjana.
Ngomongin tentang sarjana, kayaknya di Indonesia bahkan di Banten sendiri banyak banget masyarakat yang bergelar Sarjana. Mulai dari Sarjana Pendidikan, Sarjana Ekonomi, Sarjana Sosial, Sarjana Pertanian, dan masih seabreg gelar yang ngebuntutin nama. Namun sayangnya, nggak sedikit lulusan kampus yang bergelar itu bisa bekerja. Alias, masih banyak sarjana pengangguran. Sayang banget ya, sudah bayar berjuta-juta buat kuliah, menghabiskan waktu empat tahun bahkan lebih di bangku kuliah, tapi ujung-ujungnya jadi ‘Pengacara’ alias pengangguran banyak acara. Hehe.
Bahkan, nggak sedikit juga loh yang bekerja nggak sesuai dengan gelar yang dimiliki. Misalnya, si A bekerja sebagai guru Matematika, padahal dia Sarjana Ekonomi. Atau si B bekerja di Bank, padahal dia Sarjana Hukum. Iya kan, di sekitar juga banyak kok yang seperti ini. Lalu, ngapain dong susah-susah nyari gelar? Hush! Nggak kayak gitu juga kali, Sob.
Sebagian masyarakat memang menganggap nggak begitu penting arti sebuah gelar. Toh masih banyak juga perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan buat lulusan SMA, atau beranggapan kalau pekerjaan tuh bisa didapatkan tanpa perlu bergelar. Selain itu, ilmu bisa didapatkan dimana aja tanpa harus kuliah.
Iya juga sih, tapi Sob, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti ke bangku kuliah itu harus dengan niat. Kalau niatnya cuma karena pengen dapat gelar doang, pantesan aja kuliahnya lebih banyak alpa, akhirnya kuliahnya lama, dan setelah lulus, jadi pengangguran deh. Yuk, mulai sekarang kita luruskan niat. Sebenarnya kita kuliah tuh untuk apa sih? Kasihan juga orang tua yang susah payah banting tulang nyari uang buat biaya kuliah kita, eh kita malah santai-santai aja. Sobat nggak mau kan termasuk orang yang terdata jadi pengangguran? Nah, kalau nggak mau, kuliahlah sungguh-sungguh. Sesuatu yang dilakukan sungguh-sungguh, akan mendapatkan hasil yang luar biasa loh. There’s will, there’s way. Iya kan, Sob? Yang harus jadi catatan juga, kuliahnya sungguh-sungguh, biar gelar yang kita punya nggak sekadar tumpangan di belakang nama kita doang. Oke! ^_^
Selengkapnya...

LIBURAN SERU DI DUNIA FANTASI


Zahara bersama teman saat menaiki Kora-kora
Siapa yang tidak kenal Dunia Fantasi (Dufan)? Hampir seluruh masyarakat Indonesia bahkan wisatawan asing mengenal dufan. Karena dufan merupakan salah satu sarana rekreasi kebanggan Indonesia yang memiliki fasilitas bermain yang sangat menarik dan menyenangkan. Jadi tidak heran, jika di akhir pekan berbondong-bondong sekeluarga bertamasya ke dufan. Dufan yang terletak di kawasan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara ini kerap menjadi tempat tujuan rekreasi bagi warga Jakarta maupun luar kota Jakarta. Daya tarik yang membuat masyarakat terhibur ini sejak awal diresmikannya yaitu pada 29 Agustus 1985 sampai sekarang tidak pernah sepi pengunjung. Karena semakin meningkatnya perkembangan zaman, sarana rekreasi yang disediakan bagi pengunjung semakin canggih dengan menggunakan teknologi modern.
Dunia fantasi memiliki maskot seekor kera bekantan yang bernama dufan. Jika Anda berkunjung ke tempat wisata yang memiliki luas 9.5 hektar ini, pasti akan menemui boneka badut kera bekantan sebagai ikon dufan, tidak jarang pengunjung mendokumentasikan atau berfoto bersama badut berhidung besar ini. Alasan mengapa masyarakat memilih dufan sebagai objek untuk berwisata karena di dufan memiliki berbagai kawasan yang sangat menarik.

Dunia Fantasi dibagi dalam beberapa kawasan dengan tema tersendiri dan ciri khas wilayah masing-masing. Pembagian kawasan ini ditujukan untuk membangkitkan imajinasi pengunjung, dimana mereka diharapkan merasakan sensasi berjalan jalan pada daerah Jakarta zaman dahulu, Eropa, Amerika, Indonesia, Asia, Fantasi Yunani, Fantasi Hikayat, Eropa dan Istana Boneka.
Selain atraksi permainan, kawasan ini juga memiliki sejumlah restoran dan toko toko suvenir. Di akhir pekan biasanya diramaikan dengan berbagai event yang bisa membuat pengunjung semakin terhibur. Jadi meskipun membayar tiket seharga Rp. 150.000,- Anda akan puas berlama-lama menikmati wahana demi wahana yang tersedia.
Sarana permainan yang tersedia di dufan tidak hanya bersifat menghibur, melainkan mengandung unsur pendidikan yang baik untuk anak Anda. Jadi selain bisa bermain, bisa mendapatkan juga ilmu pengetahuan. Untuk informasi wahana dan fasilitas bermain yang terdapat di dufan selengkapnya dibahas di bagian berikutnya.
Selengkapnya...

Doa Seorang Napi


Memang benar apa yang sering dikatakan oleh banyak orang. Bahwa penyesalan hanyalah datang terakhir. Tapi mengapa aku tidak menyadari hal itu. Hingga akhirnya aku pun merasakan penyesalan yang amat sangat.

Ibu meninggal dunia delapan belas tahun yang lalu. Sejak aku dilahirkan dari rahim ibu, ibuku mempertaruhkan nyawanya demi keselamatanku. Aku sama sekali belum pernah merasakan hangat kasih sayang ibu. Melihat parasnya pun aku belum pernah, hanya bisa mendengar cerita dari tetangga tentang sosok ibuku yang sabar dan tabah menjalani hidup. Aku anak terakhir dari tiga bersaudara. Kakak pertamaku perempuan. Minarti namanya. Mbak Min, begitulah aku memanggilnya, sekarang sudah berumah tangga dan tinggal bersama suaminya dalam keadaan yang sederhana di Pekanbaru. Jarang sekali Mbak pulang kampung. Katanya tidak ada uang buat ongkos pulang. Kakak keduaku laki-laki, Feri namanya. Aku tinggal bersamanya sampai aku berusia tujuh tahun. Setelah itu aku tidak tahu dia berada dimana sampai sekarang. Kabar yang pernah aku dengar terakhir kali tentang kak Feri adalah dia menjadi pengkonsumsi narkoba bahkan pengerdar! Dan dia lari ke luar kota untuk menghindari kejaran polisi bersama teman-temannya. Sedangkan bapakku yang sekarang berusia empat puluh tiga tahun hanya seorang tukang bangunan. Pekerjaaanya tidak tetap. Sejak kecil aku diurus oleh nenekku yang sudah tua renta. Nenekku hanya mampu membiayai aku sekolah sampai tamat SD. Sejak aku duduk di bangku sekolah, aku tidak termasuk siswa yang dibawah rata-rata. Aku selalu mendapatkan peringkat tiga besar. Aku selalu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Karena aku punya cita-cita ingin jadi orang sukses dan bisa membahagiakan kedua orangtua. Tapi setelah tamat sekolah dasar, aku tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena faktor biaya. Sedih rasanya tidak bisa melanjutkan sekolah. Akhirnya aku hanya bisa menganggur, meratapi perihnya kehidupan. Namun nenekku menganjurkan agar aku tidak hanya diam saja di rumah. Lantas aku gabung bersama teman-teman yang berada di sekitar lingkungan rumah. Kebanyakan dari mereka seusia aku yang tidak bersekolah menjadi pengamen. Dan akhirnya, pekerjaan aku sekarang tidak beda dari mereka, jadi pengamen yang penghasilannya jauh dari cukup untuk memenuhi beban biaya sehari-hari. Sejak itu aku harus meninggalkan buku-buku pelajaran dan seragam merah putih. Mungkin lebih tepatnya seragam merah kekuning-kuningan, karena warna putihnya telah pudar saking terlalu seringnya dipakai. Maklumlah, hanya seragam satu-satunya. Itu pun pemberian dari orang lain. Aku jadi pengamen hingga usiaku delapan belas tahun. Kalau aku sekolah, aku sedang duduk di bangku SMA kelas tiga. Setelah itu aku alih pekerjaan, karena aku sudah mulai merasa malu jadi pengamen pada usia delapan belas tahun.
***
Hujan malam ini begitu deras. Menutupi keremangan jalan ditengah gelap gulitanya malam. Aku terpaku sendiri di sudut kota. Memandangi rintikan hujan yang membasahi bumi. Aku teringat akan masa kecilku, yang penuh belaian kasih sayang dari seorang nenek. Walaupun hidup dengan serba kekurangan. Tapi aku sangat merasakan kehangatan. Tapi sekarang, dimanakah kehangatan itu? Hanya dingin yang menyelimutiku malam ini. Kemudian ingatanku tertuju pada sosok orang yang pemarah, beringasan dan kasar. Dia yang meninggalkanku begitu saja. Dia adalah bapakku, Subandi. Sejak kecil aku selalu mendapatkan cacian, tamparan, bahkan pernah aku dipukulnya dengan besi. Karena itu, nenek mengajakku untuk tinggal bersamanya.
Rintikan air hujan terus membasahi bumi layaknya rintikan air mata yang membasahi pipiku. Merasuk hingga ke ulu hati yang pling dalam. Hingga tak terasa aku terlelap dalam mimpi malam yang mencekam.
***
Sang mentari mulai menampakkan diri dengan warnanya yang indah. Tak seindah hatiku pagi ini. Aku harus mulai merencenakan apa lagi yang harus aku kerjakan hari ini. Akhirnya aku mendapatkan ide. Walau awalnya ragu. Sungguh ragu dan takut. Tapi aku bertekad untuk menghapus segala keraguan itu. Daripada aku harus kelaparan hari ini hari esok dan seterusnya.
Siang mulai menyapa, sepanjang trotoar aku berjalan menerobos keramaian kota sambil berusaha mencari celah dan sasaran. Namun langkahku terhenti melihat sekumpulan polisi saat melakukan operasi. Aku membalikkan badan, bersembunyi. Saat tak lagi kulihat batang hidung polisi-polisi itu, aku melanjutkan perjalannaku menyusuri jalan diiringi panas yang menyengat, bercampur debu dan bisingan suara klakson motor dan mobil. Aku selamat dari incaran polisi. Tenang..., langkahku terhenti, lelah aku berjalan tanpa sedikitpun tenaga yang ku isi sejak pagi tadi. Tiba-tiba pedagang asongan yang menjual tahu dan lontong datang dan menghampiri. Kesempatan yang harus dimanfaatkan pikirku. Aku pun menatapnya tajam, pedagang itu membalikkan badan. Aku memanggilnya, dia pun terpaksa untuk kembali dan menghampiriku. Langsung saja aku ambil beberapa dagangannya tanpa bayaran. Dia meminta uang dariku. Tapi aku memberikan gumpalan tanganku padanya. Dia pun lari menjauhiku. Walaupun usianya lebih tua dariku, tapi dia takut karena badanku lebih besar dan sedikit mirip Ade Ray. Aku memakan makanan haram itu tanpa ada rasa dosa. Haram, bukan karena makanannya. Tapi karena cara aku mendapatkannya.
***
Aku kembali bertenaga. Langkahku semakin cepat. Karena aku harus segera menuju terminal. Jika terlambat, aku bisa tertinggal dari aksi teman-teman yang mendahuluiku mencari kesempatan. Aku pun tiba di terminal. Baru ada beberapa teman yang satu ’profesi’ denganku. Aku duduk di warung dekat terminal. Melihat orang-orang satu demi satu. Mataku tertuju pada seorang gadis kira-kira berusia tujuh belas tahun. Satu tahun lebih muda dariku. Dia terlihat kaku dan bingung. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Dia cantik dan banyak perhiasan yang dipakai. Aku terus memperhatikan gerak-geriknya. Dan tak lama kemudian aku mulai mendekati dia yang berada di tempat yang tidak begitu ramai. “kesempatan yang enggak boleh aku lewatkan” kataku. “Breeet…. Breet…” aku tarik perhiasan dan tasnya. Dia berteriak kencang, namun tak bisa mengalahkan kencangnya lariku. Misiku berhasil hari ini. Aku gembira walau sebenarnya bathinku teriak bersedih melihat ulahku. Inilah pekerjaanku sekarang setelah jadi pengamen; penjambret, pencuri, penodong!
Berkali-kali aku berhasil melakukan tindakan yang seperti itu. Ada sedikit rasa bangga padaku. Namun sejuta rasa perih di dadaku. Aku kembali pulang mencari tempat persembunyian.
***
Hingga pada suatu hari….
Tempat yang aku singgahi sekarang, memang lebih aman. Namun aku tidak lagi bisa melakukan aksi di terminal, di pasar-pasar, atau di tempat yang banyak kesempatan untuk mencari sasaran. Karena tempat yang aku singgahi, penuh dengan jeruji besi. Hingga aku tak lagi bisa berbuat apa-apa. Hanya berdiam diri, terpaku dan merana. Meratapi hidupku yang gelap. Sudah dua tahun aku berada di tempat ini. Aku berhasil ditangkap oleh polisi setelah sekian lama polisi mencari aku yang menjadi buronan. Di balik jeruji besi itu, aku kembali memikirkan keluargaku, mungkin ibuku gelisah di alam kubur sana, karena aku anak kandungnya sendiri tidak sempat dan bahkan tidak menyempatkan diri untuk mendoakan almarhumah ibu. Aku memang anak bodoh, bu! Aku sampai tidak ingat apa yang telah diajarkan oleh guru agamaku waktu SD, bahwa surga itu ada di bawah telapak kaki ibu. Maafkan aku, bu. Bapak, bapak dimana? Tega nian bapak meninggalkan aku dan membiarkan anak-anakmu. Aku benci Bapak! Walaupun sebenarnya aku tidak pantas untuk mrmbenci bapak. Karena bagaimanapun, aku adalah darah daging bapak. Tapi, entahlah rasa benci itu selalu menghantuiku. Lebih-lebih jika aku teringat tajamnya tatapan mata bapak saat memarahiku, caciannya, pukulannya. Semua itu yang membuat aku benci pada bapak. Padahal tak selayaknya aku mendapatkan semua kekerasan itu saat usiaku masih sangat kecil. Mbak Minarti, adikmu kini sedang berada di penjara, mbak. Perih! Mbak kapan pulang? Kak Feri.... kakak yang egois! Hanya bisa memikirkan diri sendiri, sampai tak ingat pada adikmu ini. Dan mungkin, kakak pun sama dengan aku, sedang menjerat dalam tahanan polisi?! Malang nian nasib kita ya kak. Nenek... nek, aku mengucapkan terima kasih atas semua kasih sayang yang telah nenek berikan padaku. Entah aku harus berkata apa pada nenek andai saja saat ini nenek melihat keadaan aku. Aku tak kuasa melihat wajah nenek yang pasti kaget luar biasa melihat cucumu ini berada dalam tahanan. Karena nenek mengenalku sebagai anak yang pintar, baik dan penurut. Tapi semakin dewasa aku semakin liar, hingga akhirnya aku mendekam di dalam tahanan. Maafkan aku, nek! Aku telah mengecewakanmu. Lebih baik nenek tidak tahu keadaanku sekarang. Aku telah mengecewakan semuanya. Aku memang salah dan amat berdosa.
Tak terasa aku menitikkan air mata ke atas ubin yang penuh dengan debu. Namun aku yakin, debu-debu itu tak sebanyak debu dosaku selama ini. Berapa banyak orang yang kehilangan perhiasaanya, berapa rumah yang telah aku curi barang-barangnya. Berapa banyak orang yang telah aku todong.... berapa banyak orang-orang yang tak berdosa kepadaku, tapi aku jahati? Kini aku hanya bisa menghakimi diri sendiri yang tak berarti. Masa depanku hancur oleh perbuatanku. Aku kehilangan harapan, aku kehilangan cita-cita yang sejak kecil aku punya keinginan untuk dapat membahagiakan kedua orangtua dan keluarga. Tapi apa yang aku dapati? Aku mengecewakan mereka! Aku kehilangan segalanya.
Dan dalam kelemahan dan ketidakberdayaanku, disaat aku kehilangan segalanya dan merasa tiada siapa-siapa selain diriku, aku teringat bahwa ada Zat yang selalu ada dan kekal. Ialah Allah. Dan aku mencoba untuk kembali ke jalanNya, mohon ampun atas dosa dan noda. Aku berjanji, setelah kejadian ini aku akan kembali bersemangat layaknya masa kecilku yang semangat pergi ke sekolah untuk menjadi manusia yang berguna. Dan dalam sujud taubatku, aku hanya memohon satu permintaan, ampuni aku ya Rabb....


Selengkapnya...