Rss Feed

Romantisisme


Romantisisme adalah sebuah gerakan seni, sastra dan intelektual yang berasal dari Eropa Barat abad ke-18 pada masa Revolusi Industri. Gerakan ini sebagian merupakan revolusi melawan norma-norma kebangsawanan, sosial dan politik dari periode Pencerahan dan reaksi terhadap rasionalisasi terhadap alam, dalam seni dan sastra.
Gerakan ini menekankan emosi yang kuat sebagai sumber dari pengalaman estetika, memberikan tekanan baru terhadap emosi-emosi seperti rasa takut, ngeri, dan takjub yang dialami ketika seseorang menghadapi yang sublim dari alam. Romantitisme mengangkat seni rakyat, alam dan kebiasaan, serta menganjurkan epistemologi yang didasarkan pada alam, termasuk aktivitas manusia yang dikondisikan oleh alam dalam bentuk bahasa, kebiasaan dan tradisi. Ia dipengaruhi oleh gagasan-gagasan Pencerahan dan mengagungkan medievalisme serta unsur-unsur seni dan narasi yang dianggap berasal dari periode Pertengahan. Nama "romantik" sendiri berasal dari istilah "romans" yaitu narasi heroik prosa atau puitis yang berasal dari sastra Abad Pertengahan dan Romantik.
Gerakan romantitisme atua Romantik, adalah istilah sejarah kebudayaan Eropa meliputi masa kurang lebih tahun 1795-1840; merupakan reaksi terhadap rasionalisme dan klasisisme. Istilahnya bertalian dengan Romance atau roman. Romantik artinya aneh, luar biasa, sebagai dalam roman.


Romantisisme merupakan pendekatan umum terakhir Eropa terhadap kehidupan. Itu dimulai di Jerman, dan timbul sebagai reaksi terhadap tekanan Pencerahan yang sangat kuat pada akal. Setelah Immanuel Kant dan intelektualismenya yang sejuk, seakan-akan pemuda Jerman menghembuskan nafas lega. Mereka menggantikan dengan slogan barunya yaitu perasaan, imajinasi, pengalaman, dan kerinduan. Beberapa ahli pikir Pencerahan telah menarik perhatian pada pentingnya perasaan. Terutama Rosseau, tapi pada waktu itu hal tersebut dimaksudkan sebagai kritik atas prasangka terhadap akal. Apa yang dulunya merupakan aliran utama dari kebudayaan Jerman. Jadi, kepopuleran Kant tidak berlangsung lama. Kebanyakan penganut Romantisisme menganggap diri mereka sebagai penerus Kant, sebab Kant telah menetapkan bahwa ada batasan bagi apa yang dapat kita ketahui tentang ‘das Ding as sic,’ Sebaliknya, dia telah menggaris bawahi makna penting dari sumbangan ego terhadap pengetahuan atau kesadaran. Individu kini bebas sepenuhnya untuk menafsirkan kehidupan dengan caranya sendiri. Kaum Romantik memanfaatkan ini sehingga terjadi ‘pemujaan-ego’ yang hampir tak terkendali , yang mendorong timbulnya sikap mengagung-agungkan jenius kesenian.
Ada banyak macam jenius seperti ini. Salah satunya adalah Beethoven. Musiknya mengungkapkan perasaan dan kerinduannya sendiri. Beethoven dalam satu pengertian adalah seorang seniman bebas. Tidak seperti para jagoan Barok seperti bach dan handel, yang menyusun karya mereka untuk memuliakan Tuhan, terutama dalam bentuk-bentuk musik yang kaku. Ada banyak kesamaan antara Renaisans (bersikap individualis) dan Romantisisme. Kant memberikan sumbangan besar dalam estetikanya, ia menyelidiki apa yang terjadi jika kita diliputi keindahan misalnya dalam suatu karya seni. Ketika kita meninggalkan diri sendiri untuk sebuah karya seni, tanpa niat lain kecuali pengalaman estetika itu sendiri, kita dibawa semakin dekat pada suatu pengalaman (das Ding an sich). Kaum Romantki memandang bahwa para seniman dapat menyediakan sesuatu yang tidak dapat diungkapkan oleh para filosof. Menurut Kant, seniman bermain secara bebas dengan indera kesadarannya. Sebagian orang bahkan melangkah begitu jauh dengan membandingkan seniman dengan Tuhan. Sebab seniman menciptakan realitasnya sendiri sebagaimana Tuhan menciptakan dunia.
Sudah merupakan ciri khas dari pandangan Romantik bahwa pada umumnya alam dianggap sebagai suatu organisme, atau dengan kata lain, suatu kesatuan yang selalu mengembangkan potensi-potensi bawaannya. Alam itu seperti bunga yang membuka daun-daun dan kelopak bunganya. Atau seperti penyair menuliskan puisinya.
Romantisisme telah melibatkan orientasi baru di dalam begitu banyak bidang, menjadi biasa bagi kita untuk membedakan antara dua bentuk Romantisisme. Ada yang kita sebut Romantisisme Universal; yang mengacu pada kaum Romantik yang asyik menggeluti alam, jiwa dunia, dan jenis kesenian. Yang lain disebut dengan Romantisisme Nasional; yang menjadi popular tidak lama kemudian. Kaum Romantik Nasional tertarik pada sejarah rakyat, bahasa rakyat, dan kebudayaan rakyat. Rakyat dipandang sebagai suatu organisme yang menunjukkan potensi bawaan mereka.

Tokoh romantitisme
Gerakan romantitisme dipelopori oleh seorang filsuf besar bernama Jean-Jaques Rousseau (1712-1778) yang pernah menulis sebuah ucapan yang sangat termashyur; ”Manusia dilahirkan bebas; dan di mana-mana dia terbelenggu . Orang menganggap dirinya tuan atas orang-orang lain, padahal dirinya tetap menjadi seorang budak yang lebih parah dari mereka.”
Rousseau lahir di Jenewa, Swiss. Ayahnya seorang pengrajin arloji. Riwayat hidupnya sangat dramatis, penuh gejolak emosional dan petualangan. Filsuf ini berkelana kemana-mana, menulis karya-karya yang membuatnya dicurigai karena wataknnya yang tidak stabil, mudah menangis dan gampang curiga. Roman ciptaannya yang terkenal adalah La Nouvelle Heloise.
Kisah cinta Rousseau terbilang cukup unik. Dia bercinta dengan banyak perempuan antara lain; Madam de Warens, seorang perempuan yang usianya lebih tua darinya. Pelopor Romantitisme ini pun sempat melahirkan anak-anak dari Therese le Vasseur, seorang perempuan yang tidak begitu cantik dan kurang cerdas. Aneh juga bahwa Rousseau yang sangat luhur dalam gagasannya tentang pendidikan ini membiarkan anak-anaknya yatim piatu. Menimbang watak emosionalnya itu, kiranya tidak kebetulan kalau pikiran-pikirannya bersifat ’romantis’.

Generasi pertama kaum romantik adalah mereka yang masih muda pada sekitar tahun 1800, dan sesungguhnya kita dapat menyebut Gerakan Romantik sebagai pemberontakan pelajar pertama Eropa. Menjadi kewajiban seorang Romantik untuk merasakan pengalaman hidup atau memimpikan diri lepas dirinya.
Byron atau Shelley merupakan seorang penyair Romantik memberikan pada zaman Romantik tokoh idamannya, yaiyu pahlawan gaya Byron –tokoh yang aneh, pemurung, dan pemberontak- dalam kehidupan maupun dalam kesenian.

Kejahatan Kebudayaan
Sebuah essai Rousseau, Discourse on the Arts and Sciences, meraih penghargaan. Padahal di dalammnya memuat ide-ide yang sangat bertolak belakang dengan minat pada zaman itu. Dia berpendapat bahwa basis dari masyarakat adalah tubuh manusia, sedangkan pikiran hanyalah perhiasan belaka. Pikitan tampil dalam kebudayaan, yaitu; seni, sastra dan ilmu.
Menurutnya, segala bentuk seni dan ilmu pengetahuan lahir dari kejahatan-kejahatan kita. Astronomi lahir dari takhayul, geometri dari ketamakan, fisika dari kemalasan, seni debat dari ambisi, dan etika dari kesombongan. Kritik Rousseau ini membalikkan keyakinan pencerahan. Bagi pencerahan, kemajuan teknis berhubungan dengan perkembangan moral. Tetapi bagi Rousseau, kemajuan teknis merupakan kemerosotan moral.
Dalam karyanya ”Discourse on the Origin and Foundation of Inequality among Men”, membahas topik tentang pengandaian tertentu mengenai kodrat asali manusia atau ”state of nature”. Berbeda dengan Hobbes, dia menegaskan bahwa dalam keadaan asali, manusia hidup damai dan tak dihalangi oleh konvensi-konvensi yang sesat. Dia membayangkan waktu itu manusia mengembara keluar masuk rimba, tanpa industri, tanpa bahasa, tanpa rumah, tanpa keinginan untuk menyakiti makhluk-makhluk lain. Baginya, perbedaan manusia dan hewan tidak terletak pada rasionya, melainkan pda kemempuan kehendaknya yang mengatasi sifat otomatis, sebab bersifat rohani.



Ajaran Kontrak Sosial
Dalam kenyataan, manusia telah menjadi makhluk yang berbudaya; lalu apakah manusia harus kembali ke hutan? Rousseau memang terkenal dengan semboyannya; ”Retournons a la nature!” (mari kita kembali ke alam!) tetapi semboyan ini jangan dipahami sebagai pembubaran masyarakat. Seperti filsuf lain, Rousseau ingin mengusulkan sebuah susunan masyarakat yang bebas, bahagia, dan manusiawi berdasarkan asas-asas kodrati manusia. Bukan rasionya, melainkan kehendak dan perasaannya. Menurutnya, hubungan-hubungan sosial selayaknya tersusun sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota masih menjadi tuan bagi dirinya sendiri dan bebas seperti keadaan aslinya. Utopia romantis semacam ini termuat dalam bukunya Du Contract Social.
Ajaran tentang kontrak sosial, yang sudah dirintis oleh Locke dan Hobbes, besar pengaruhnya dalam perkembangan teori-teori politik modern. Rousseau menambah sebuah versi yang sama sekali berbeda dari dengan ajaran kedua filsuf inggris tersebut.
Berlainan dengan Hobbes, dia tidak percaya akan kemanjuran sebuah paksaan untuk menciptakan tatanan yang politis, sebab paksaan tidak memiliki kekuatan moral sejati. Berlainan dengan Locke, dia juga tidak percaya akan adanya hak-hak kodrati misalnya hak milik.
Sebagai teori kontrak sosial, ajaran Rousseau memiliki kemiripan dengan ajaran yang sudah-sudah, yakni bahwa tatanan sosial dibentuk oleh suatu kesepakatan, persetujuan atau konvensi sosial. Rousseau juga menggagas tentang keadaan asali itu baik dan membahagiakan, namun sayang bahwa jumlah kendala yang dihadapi manusia lebih banyak daripada jumlah sumber untuk mempertahankan diri. Dengan kata lain, keadaan asali itu cenderung merosot juga. Oleh karenanya manusia harus membentuk persekutuan untuk melestarikan keadaan asali tersebut, yakni dengan cara hanya patuh kepada dirinya sendiri atau merdeka. Dengan demikian, kebebasan diri sendiri dapat menjadi bagian pembentukan suatu negara, kedaulatan rakyat. Sehingga, dengan mengedepankan kebebasan individu, Rousseau manjadi tokoh pendukung demokrasi.

Setelah mengikuti gagasan-gagasan Rousseau diatas, kita menemukan sebuah gerak balik pencerahan. Sebagai ganti optimisme terhadap kemajuan kebudayaan, Rousseau justru mengambil pesimisme atasnya. Dalam hal ini, pemikiran Rousseau memiliki kedudukan yang penting dalam sejarah kehidupan filsafat modern. Sebab untuk pertama kalinya dalam sejak kemajuan ilmiah yang terjagi di Barat, dilontarkan sebuah kritikan buka atas dogmatisme religius dan metafifika tradisional. Melainkan atas apa yang diyakini sebagai kemajuan itu.

2 komentar:

Nanda Alifya Rahmah mengatakan...

kak bisa tolong share sumber tulisan ini?

zaramozzoe mengatakan...

terimakasih infonya

berkunjung ya >>>
altar hati perempuan

terimakasih

Posting Komentar