Buku adalah sumber ilmu dan merupakan jendela dunia. Dengan buku, kita bisa menjelajahi dunia tanpa harus beranjak dari tempat duduk. Tapi, seberapa besarkah minat baca khususnya pada mahasiswa dalam membaca buku? Sebagai seorang mahasiswa, tentu wajib membaca, bukan hanya karena sekedar kewajiban menjadi mahasiswa, tetapi juga kewajiban mengamalkan ayat al-qur’an pada surat al-‘alaq ayat pertama yakni iqra (bacalah!). Karena buku merupakan jendela dunia, maka membaca merupakan kuncinya. Dengan membaca, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan.
Dari petikan kalimat diatas bahwa “buku merupakan jendela dunia, dan membaca merupakan kuncinya” adalah sebuah kalimat yang mengandung makna yang sangat mendalam. Yaitu sebuah ilmu pengetahuan akan kita ketahui melalui membaca. Dan pembinaan minat baca dapat dilakukan melalui berbagai macam cara tergantung dari cara mana kita bisa menemukan pola pikir kita sendiri. Misalnya dengan mengadakan seminar tentang arti dan pentingnya membaca, pameran tentang buku-buku yang bisa menggugah pikiran seseorang atau bisa juga melalui pemutaran film yang bernuansa sejarah tentang bagaimana para pendahulu memperjuangkan bangsa dan dunia. Dan itu pun tidak terlepas dari yang namanya buku, karena buku adalah senjata yang paling ampuh untuk dapat melakukan sesuatu dan membaca adalah kuncinya.
Pada kenyataan saat ini minat baca mahasiswa terhadap buku atau kajian-kajian ilmiah mulai menurun. Sungguh memprihatinkan. Secara historis kita harus lihat lingkungan mahasiswa tersebut sejak anak-anak. Bagaimana sebagian besar keluarga membina minat baca pada anak-anaknya. Dapat kita jumpai setiap hari minggu sebagian besar anak berada di depan TV dari pukul 7.00 hingga pukul 10.00 bahkan lebih untuk menyaksikan acara-acara kartun dan acara hiburan lainnya. Hampir tidak ada anak yang tekun membaca pada jam-jam tersebut. Beberapa penelitian menunjukan bahwa sebagian besar orang lebih menghabiskan waktu untuk menonton TV dibandingkan dengan membaca buku (sebagian besar menonton lebih dari tiga jam sedangkan membaca sebagian besar kurang dari satu jam setiap hari). Bahan bacaannya pun hanya koran dan majalah. Ini membuktikan bahwa memang minat baca kita masih kalah dibandingkan dengan minat untuk menonton. Kebiasaan seperti ini akan terbawa oleh anak tersebut sampai ia menjadi mahasiswa. Yang jadi pertanyaan adalah mengapa orang-orang Indonesia termasuk para mahasiswa kurang berminat untuk mebaca? Padahal jika dicermati sejenak penerbitan koran, majalah dan buku dalam sepuluh tahun terakhir jumlah nama dan judulnya sangat meningkat. Mestinya ini berarti semakin banyak orang berminat untuk membaca. Namun kenyataannya Indonesia masih menempati urutan terbawah dalam masalah ini. Ada beberapa teori yang dapat diuraikan tentang mengapa minat baca di Indonesia dikatakan rendah. Yaitu pertama, sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-anak, siswa dan mahasiswa harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari informasi dan pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, filsafat, sastra dan sebagainya. Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan, dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku, surfing di internet walaupun masih dapat dimasukan sebagai sarana membaca, tapi apa yang dapat dilihat di internet bukan hanya tulisan, melainkan hal-hal visual lainnya yang kadang kala kurang tepat dikonsumsi oleh anak-anak. Ketiga, banyaknya tempat hiburan yang dapat menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke, mall, supermarket, dan sarana hiburan lainnya.
Dan yang terakhir adalah karena memang budaya baca belum pernah diwariskan oleh nenek moyang kita. Kita terbiasa mendengar dan belajar dari dongeng, kisah, adat istiadat secara verbal dikemukakan oleh para orangtua tanpa ada pembelajaran secara tertulis. Jadi tidak terbiasa mencapai pengetahuan melalui bacaan.
Dari beberapa teori ini, dapat kita ambil pelajaran bahwa hal-hal yang dapat menyebabkan minat baca terhadap masyarakat khususnya mahasiswa dapat lebih diminimalisir kembali. Agar budaya minat baca menjadi meningkat sehingga kualitas bangsa pun ikut berkembang menjadi lebih baik lagi.
Dan yang terakhir adalah karena memang budaya baca belum pernah diwariskan oleh nenek moyang kita. Kita terbiasa mendengar dan belajar dari dongeng, kisah, adat istiadat secara verbal dikemukakan oleh para orangtua tanpa ada pembelajaran secara tertulis. Jadi tidak terbiasa mencapai pengetahuan melalui bacaan.
Dari beberapa teori ini, dapat kita ambil pelajaran bahwa hal-hal yang dapat menyebabkan minat baca terhadap masyarakat khususnya mahasiswa dapat lebih diminimalisir kembali. Agar budaya minat baca menjadi meningkat sehingga kualitas bangsa pun ikut berkembang menjadi lebih baik lagi.
1 komentar:
Why you shouldn't make money from gambling - WorkPaperMoney
One way gambling is to put money into your house with a A casino game of chance is where you are betting a $10 งานออนไลน์ bet on a random number.
Posting Komentar